Masyarakat Indonesia Lebih Berisiko Osteoporosis


Orang Indonesia ternyata makin mudah mengalami pengeroposan tulang. Minimnya asupan Kalsium, Magnesium, Vit. D dan Seng yang merusak tulang harus ditangani segera.

Masyarakat Indonesia ternyata rentan menderita pengeroposan tulang (osteoporosis), yaitu kondisi kepadatan mineral tulangnya terlalu tipis dan rapuh. Data kajian Puslitbang Gizi Kementerian Kesehatan Indonesia bahkan mensinyalir : dua dari setiap lima orang penduduk Indonesia berresiko terkena osteoporosis!

Kondisi rentan pengeroposan tulang ini tidak hanya dialami kaum lanjut usia, yang secara alami memang lebih sulit menyerap nutrisi Kalsium si penguat kepadatan tulang. Kaum muda dan produktif pada usia 20-50 tahun pun kini makin berresiko mengalami masalah osteoporosis dini akibat kekurangan asupan Kalsium. Padahal memiliki tubuh bertulang rapuh, terutama di bagian kaki, memperbesar resiko patah tulang, gigi copot dan kerusakan fatal lainnya

”Risiko terkena osteoporosis dipengaruhi oleh kurangnya nutrisi bagi tulang, terutama mineral kalsium yang bermanfaat untuk menjaga struktur dan kekuatan tulang. Kalsium juga berperan mengatur kontraksi otot, termasuk otot jantung, penghantaran saraf maupun pembekuan darah,” kata ahli gizi dr. Cindiawaty Pudjiadi MARS. MS. SpGK di Jakarta, Senin 12 Mei 2014.

Lembaga dunia, International Osteoporosis Foundation, mencatat bahwa tingkat asupan Kalsium di hampir semua negara Asia hanya rata-rata 450 miligram per hari. Jauh di bawah rekomendasi Organisasi Pangan Dunia (FAO) serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1000 sampai 1300 mg/hari. Puslitbang Gizi dan Makanan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahkan menyimpulkan, menurut dr. Cindiawaty, tingkat asupan Kalsium orang Indonesia baru 254 mg/hari.

Tidak heran bila Puslibang Gizi Kementerian Kesehatan menilai, 41,7 persen penduduk Indonesia mengalami prevalensi resiko osteopenia. Prevalensi osteopenia berarti kepadatan mineral tulang (BMD/Bone Mineral Density) lebih rendah dari puncak BMD normal. Sedangkan 10,3 persen penduduk Indonesia bahkan sudah beresiko mengalami osteoporosis.

Namun demikian, tingkat asupan kalsium bukan satu-satunya indicator prevalensi resiko osteopenia/osteoporosis. “Kesehatan tulang juga ditunjang asupan nutrisi Vitamin D, Magnesium, Seng, Tembaga dan Mangan. Vitamin D dan Magnesium bahkan sangat penting agar tubuh dapat menyerap kalsium secara optimal,” lanjut Dr. Cindiawaty dari Fakultas Kedokteran Universita Indonesia tersebut.
Secara alami Vitamin D diberikan secara gratis melalui sinar matahari. Dengan berjemur 15 menit sebelum jam 10 pagi atau sesudah jam 3 sore, berarti usus dan tubuh kaum tua dan muda mampu menyerap mineral kalsium sampai 30-40 persen. Tanpa tambahan vitamin D, hanya 10-15 persen Kalsium yang terserap.

Sumber tambahan Vitamin D berasal dari minyak ikan, daging, telur dan sereal. Nutrisi Magnesium dipasok dari kacang-kacangan, sayur berdaun hijau, susu dan yoghurt.

Nutrisi lain yang juga diperlukan untuk menjaga kepadatan tulang dan metabolis tulang adalah Seng (Zinc), Mangan dan Tembaga. “Penelitian ilmiah membuktikan bahwa kombinasi kalsium, seng sebanyak 15mg/hari, mangan 2,5mg/hari dan tembaga 5mg/hari akan meningkatkan densitas atau kepadatan tulang, sehingga mengurangi resiko osteoporosis,” lanjut dr. Cindiawaty.

Agar dapat memperoleh asupan nutrisi campuran Kalsium, Magnesium, Seng, Mangan, dan Tembaga dalam takaran yang memadai tidaklah mudah. Terlalu banyak jenis makanan dan nutrisi yang harus dikonsumsi setiap hari agar jumlahnya sesuai kebutuhan alami tubuh. “Namun berkat adanya suplemen ringkas, seperti Caltrate, kebutuhan nutrisi penguat kepadatan tulang akan lebih mudah dipenuhi secara teratur,” kata Oscar Harisman, Country Portfolio Manager Consumer Healthcare Pfizer Indonesia.

Belum ada Komentar untuk "Masyarakat Indonesia Lebih Berisiko Osteoporosis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel